MTONENEWS.COM – Di bangun di jaman kepemimpinan Bupati Lingga Alias Wello dan Wakil Bupati Lingga Muhammad Nizar, Sentral Industri Kecil Menengah (IKM) Kelapa, Desa Resang kini menjadi pusat wilayah Industri kelapa.
Melanjutkan roda pemerintahan, Bupati Lingga Muhammad Nizar saat ini tengah fokus melanjutkan 4 program unggulan Kabupaten Lingga, bersama Wakil Bupati Lingga Niko Wesha Pawelloy, namun tidak hanya 4 sektor pembangunan, Bupati Lingga dan Wakil Bupati Lingga saat ini berfokus kepada industri IKM di Desa Resang, Kecamatan Singkep Selatan yang sudah mulai beroperasi.
Apalagi jika melihat Track Record perjalanan Setra IKM ini, Kabupaten Lingga pernah mencatatkan sejarah menjadi wilayah satu-satunya di Kepri pusat tuan rumah peringatan hari Kelapa Indonesia ke -2, dengan pusat Sentra IKM di Desa Resang.
Bupati Lingga Muhammad Nizar meminta kepada steak holder agar bersungguh-sungguh dalam rencana dan produktifitas dari Sentra IKM tersebut untuk benar-benar dimatangkan.
Tidak hanya pada fokus ekspor, namun ketersediaan bahan baku kelapa bahkan keseriusan dari pihak pengelola dalam menentukan MoU bersama pemerintah daerah, harus menjadi pertimbangan, agar produksinya bisa berkelanjutan.
Bahkan tidak tanggung-tanggung dibawah pengelolaan Disperindagkop yang berkerjasama dengan Koperasi Selingsing Jaya Mandiri serta Bayer Batam, Sentra IKM Kelapa ini, Menurut Bupati Lingga akan mengekspor hasil produksi Kelapa ini nantinya, hingga sampai ke negeri tirai bambu dan Korea Selatan.
“Agar kolaborasi ini dapat maksimal segara di dudukan secara bersama dengan Bagian Hukum dan BUMD Lingga untuk dimatangkan pemanfaatannya. Mulai dari aset hingga pada ketersediaan bahan baku kelapa agar benar-benar di inventarisasi kan tercukupi untuk proses produksi,” kata Nizar dengan harapan penuh.
Bupati Lingga berkomitmen produksi industri kelapa harus lah menjadi perhatian bersama agar dapat menghasilkan ikam untuk Kabupaten Lingga, mengingat hari ini perjalanan kepemimpinan Nizar-Niko memasuki tahun 3, tentu ia tidak ingin kecolongan dengan
Sebatas euforia diawal saja. Namun alangkah baiknya, wacana ini benar-benar berkelanjutan untuk beroperasi, karena bisa membuka peluang lapangan pekerjaan bagi petani kelapa di Lingga.
Keseriusan pengelola dalam menginvestasikan bahan baku dianggap penting, karena baru tercatat lahan kebun kelapa hanya seluas 2700 hektar saja. Kendati demikian dia optimistis, jika hal tersebut benar-benar dikelola dengan baik, dan dikemas secara matang.
“Dimana pada masa Awe-Nizar sudah diletakkan pondasi ini, dan pada masa Nizar-Neko telah dimulai untuk dioperasikan. Mudah-mudahan langkah baik pemerintah daerah, dapat tercapai sesuai target dan berdaya dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kabupaten Lingga, terutama masyarakat disekitar IKM kelapa,” ucapnya.
Sementara itu, berdasarkan data lama, Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan di DPKP Lingga, Sufahmi pernah mengatakan, Pemkab Lingga memang sudah mempersiapkan program penanaman kelapa hybrida ini sejak pertengahan tahun 2016 serta 2018 dengan pipit percontohan di Pulau Talas dan di teruskan tahun selanjutnya di Desa Resang
“Perencanaan kita itu, untuk tahun 2018 ini bibit kelapanya akan kita tanam di Desa Resang. Kalau untuk berapa luasnya kita belum tahu,” Sufahmi saat itu.
Jika dilihat kembali lahan saat itu yang di siapkan oleh pemerintah daerah seluas 25 Haktar, tentu yang ditanam dengan luas tanah tersebut ada sekitar jutaan bibit kelapa hybrida yang di tanam, apalagi ditambah dijaman kepemimpinan Awe-Nizar, Dinas DPKP Kabupaten Lingga gelontorkan dana sebesar Rp. 100 juta untuk kembangkan bibit kelapa hybrida.
Sementara itu, sebagai Pengelola Koperasi Selingsing Jaya Mandiri yang ditunjuk, Safaruddin menjelaskan untuk kebutuhan dasar bahan baku, dipastikan mencukupi.
Pihaknya akan memprioritaskan bahan baku dari dalam daerah. Namun jika itu tidak mencukupi dari target produksi, bersama dengan Bayer Batam akan mengimpor bahan baku dari luar daerah.
“Namun untuk lebih jauhnya mengetahui nanti, inventarisasi akan kami lakukan dari Singkep Selatan, Singkep Pesisir dan Selayar. Nanti bahan dasarnya akan kami beli langsung dari masyarakat, dan kami angkut kesini,” kata Safarudin pengelola Koperasi SJM.
Dia menilai kualitas kelapa Lingga cukup baik. Kolaborasi ini akan dilanjutkan tentunya dengan beberapa visi yakni menciptakan lapangan pekerjaan, penambahan PAD dan sistem retrebusi, pajak, Dana Bagi Hasil, dan pemeliharaan sarana sentra IKM.
“Kami sadar bahwa ini sarana pemerintah, kami akan membuat wacana menambah PAD. Kami akan memaksimalkan fasilitas ini. Dengan target 2 ton perhari hasil produksi cocofit dan cocofiber dan 15 ton arang batok perbulannya,” kata dia.
Untuk pasar sendiri, Safar mengatakan pasar untuk hasil produksi kelapa cukup menjanjikan. Tinggal bagaimana menentukan arah dari harga beli tertinggi. Seperti olahan cocofit dan cocofiber yang bisa diekspor ke China, bahkan untuk minyak mentah, minyak goreng dan arang batok itu unlimited, bisa laku keras di Batam, dan bisa diekspor ke Cina.
“Kemudian juga tepung kelapa, kalau bisa terealisasi cukup banyak membutuhkan tenaga-tenaga kerja. Ini peluang lapangan kerja yang cukup besar. Dan harus kita pikirkan,” ujarnya.
Lebih jauh, dia optimistis rencana produksi akhir bulan ini yang akan diekspor, meliputi cocofit dan cocofiber dengan kapasitas 60 ton serta 10 ton arang batok (semi brekit).
“Terimakasih kepad Bapak Bupati yang telah mempercayakan kami untuk mengelola sarana sentra ini. Insyaallah akan kami usahakan maksimal,” pungkasnya. (Tim & HK)